sinar mentari pagi menyelimuti hari-hariku, ku lakukan aktifitas sebelum melanjutkan pekerjaanku. sekian lama aku bekerja agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan sesuai harapan tapi mengapa selalu saja tidak sesuai banyak orang yang berfikir kalau melakukan itu salah, entah dari mana mereka menilainya semoga saja harapan semua anak bangsa bisa terwujud tanpa ada embel-embel.
banyak orang yang melakukan dengan cara kotor, jarang pula aku melihat seseorang yang benar-benar tulus melakukan dan mengerjakan sosialisasi, semuan tidak berfikir untuk kebersamaan tapi malah mementingkan diri sendiri agar bisa bertahan dan eksis terus, jika semuanya melakukan itu, mau bagaimana negara dan bangsa ini apa bisa merdeka, kalau saja seorang pemimpin bisa mewujudkan semuanya, mungkin kehidupan di negara-negara lain bisa kesini untuk melihat dan berekreasi dengan sesama negara, jika itu terwujud mungkin sulit tercapai,sebab setiap orang pasti menginginkan lebih dan istimewa.
hanya bisa melihat dan memberikan arahan agar mereka tidak tersesat di kemudian hari, jika semuanya di lakukan kehidupan kelak tidak akan bisa nyaman dan tentram, bahagian dikemudian hari. mengapa setiap ada kelakuan baik tidak bisa menjalankan dengan mulus selalu ada kendala dari orang lain, keserikan dan cemburu membuat hal tersebut timbul. andai saja orang bisa tau apa yang dia bisa lakukan. cuman masalah gaji aja selalu dipermasalahkan, sangat perlu jika membutuhkan tapi apa pantas jika seseorang yang besar harus bilang seperti itu.
kalau saja setiap pemimpin bisa melakukan hal tersebut apa aku juga bisa. meskipun cuman ketua kecil tapi aku niat untuk melakukan sebuah perubahan agar semua orang tau dan tidak memandang sebelah mata saja, aku tidak bisa mengrti dan memahami apa yang di inginkan ditempat tingal ku, selalu dan selalu ingin mimikirkan diri sendiri tidak ada rasa peduli dan sosialnya, maklum saja bukan untuk niat mengejek apa memandang jelek hampir 75% masyarakat di tempat aku tinggal tidak berpendidikan tapi mereka semua agamanya tinggi sebab zaman dulu sedikit orang yang melanjutkan sekolah hingga SMA hanya Sekolah Rakyat (SR) tapi di sini tempat aku tinggal juga melihat orang yang berpendidikan sampai S1 saja sudah bangga padahal sekarang lulusan S1 belum jadi apa-apa malah banyak jadi seorang kecil, padahal dulu mereka mempunyai bakat dan kecerdasan di luar nalar, tapi pemerintah tidak pernah menghargia karya tersebut hanya pujian dan pujin
tidak ada rasa kepedulian sama sekali, selesai ya sudah buang dan tinggal saja, banyak contohnya sekerang apa lagi saat ini makin maraknya demo-demo dengan antar agama dan pengurus sepak bola di Indonesia yang cara kerjanya kurang jelas dan tidak mengrti kemana arah tujuanya. untuk melihat bakat dan masuk ke Timanas saja juga memerlukan uang dan uang, padahala bakat dengan uang tidaklah ada apa-apanya, jika semua berfikir demikian.
0 komentar:
Posting Komentar